Dampak Konsumsi Gula Berlebih

By Admin


nusakini.com--Jakarta--Di samping manfaat besar yang didapatkan dalam konsumsi gula, hal yang tidak boleh luput dari perhatian adalah dampak jika gula dikonsumsi secara berlebihan. Apapun yang dikonsumsi melebihi takaran normal dan berlangsung terus-menerus akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat membahayakan kesehatan.

Batas konsumsi gula, yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI per hari yaitu sekitar 50 gram (4 sendok makan). Dampak konsumsi gula berlebih sudah diketahui secara luas, namun faktanya, kebanyakan orang di seluruh dunia masih mengonsumsi berlebihan dari aneka makanan/minuman mereka sehari-hari. 

Dibalik manisnya gula, ternyata dampaknya tidak semanis efek jangka panjang yang ditimbulkan bagi organ tubuh. 

Salah satu dampak dari mengonsumsi gula berlebih adalah penyakit jantung. Meski sudah lama diketahui sebagai salah satu faktor risiko penyakit jantung, menurut studi yang dilakukan asosiasi jantung Amerika, bukti kuat mengenai hal tersebut baru ditemukan tahun 2013, dimana molekul gula dapat menimbulkan perubahan pada otot jantung. Hal tersebut berdampak pada kegagalan jantung dalam menjalankan fungsinya memompa darah ke seluruh tubuh. 

Konsumsi gula berlebih juga dapat menyebabkan proses penuaan sel berlangsung lebih cepat, termasuk pada sel-sel otak karena penurunan fungsi otak yang cenderung lebih cepat terjadi. 

Efek lainnya adalah terkait dengan peningkatan risiko darah tinggi dan gangguan fungsi hati. Kedua faktor tersebut juga berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung. 

Efek lainnya yang sudah lama kita ketahui terkait konsumsi gula yang berlebih adalah dapat menyebabkan obesitas/kegemukan. Jumlah penderita obesitas meningkat dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sudah banyak ditemukan sejak anak-anak dan remaja. 

Menurut sebuah studi tahun 2008, diungkapkan bahwa konsumsi frutosa berlebihan, yang dengan mudah dapat ditemukan pada kue, minuman soda, biskuit, cokelat, serta aneka makanan dan minuman manis, dapat menyebabkan peningkatan risiko gangguan fungsi hormon leptin yang berfungsi memberitahu otak jika perut sudah kenyang. 

Gangguan fungsi hormon ini menyebabkan otak tidak akan merasa terpuaskan meski konsumsi makanan/minuman sebenarnya sudah cukup bagi tubuh. Jika gangguan terjadi dalam jangka panjang, dapat menyebabkan obesitas. Hal tersebut terjadi secara perlahan, sehingga sering tidak disadari. 

Hal yang cukup mengejutkan, seseorang dapat memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi gula berlebih sehingga dapat menimbulkan efek “ketagihan” gula. Ketagihan gula dapat bersifat genetik (diturunkan) terkait dengan perubahan yang terjadi pada hormon ghrelin, hormon yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pada otak saat tubuh merasa lapar. Pada orang tertentu, perubahan yang terjadi pada hormon ini menyebabkan tubuh merasa lapar dan ingin makan terus-menerus. 

Selain itu, hal yang perlu diingat tentunya terkait dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas dan olahraga yang juga memiliki kontribusi dalam meningkatkan risiko obesitas. 

Kemudian menurut beberapa penelitian, terdapat hubungan tidak langsung antara konsumsi gula berlebihan dengan pertumbuhan sel kanker dan penyakit kronik lainnya. Sel kanker dapat mengubah gula dalam darah menjadi energi, sehingga menyebabkan sel kanker terus berkembang melebihi sel normal. Walaupun mekanisme mengenai hal tersebut belum diketahui secara jelas, diduga terdapat hubungan antara kencing manis (diabetes melitus) dengan peningkatan risiko kanker hati, pankreas, rahim, usus besar, payudara, dan kandung kemih. 

Efek jangka panjang konsumsi gula berlebih lainnya yang paling banyak diketahui masyarakat adalah penyakit kencing manis. Kencing manis akan menyebabkan gula darah menjadi tinggi yang jika tidak segera dikontrol, dalam jangka pajang dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang luas.

Dampak jangka panjang dari penyakit ini diantaranya adalah pada otak (meningkatnya risiko gangguan pembuluh darah otak), jantung (meningkatkan risiko serangan jantung 2,5x lebih tinggi), ginjal (menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan berakhir pada gagal ginjal), sirkulasi dan pembuluh darah (luka sulit sembuh dan dapat berujung pada amputasi, tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi), persarafan (kesemutan, mati rasa, nyeri saat berjalan, dan kerusakan saraf), mata (katarak, peningkatan tekanan bola mata, sampai kebutaan). 

Komplikasi lainnya terkait dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga penderita menjadi mudah terkena infeksi, dan keluhan kulit kering dan mudah luka, serta gangguan fungsi seksual. Jika sudah menderita kencing manis, penderita harus mengontrol gula darah secara rutin, serta menjalani pola hidup dan diet yang baik agar kadar gula tetap terjaga. 

Selain itu, dapat pula terjadi hipoglikemia, kondisi dimana kadar gula darah menjadi terlalu rendah akibat penanganan yang salah terkait dengan konsumsi obat/insulin dengan pengaturan makan serta aktivitas. Penyebab dari kencing manis sebenarnya tidak hanya terkait dengan konsumsi gula berlebih saja. Terdapat faktor lain yang memiliki kontribusi terhadap penyakit ini, diantaranya terkait faktor keturunan dan penyakit autoimun, dimana sistem daya tahan tubuh menyerang sel tubuh sendiri (pada diabetes melitus tipe 1 (DM 1), biasanya terjadi pada usia yang sangat muda.(r/rajendra)